• Sulhan Menyapa Pengunjung

    "Sulhan Menyapa" Selamat Datang di Blog Saya. Ini adalah kunjungan Anda yang kesekian kalinya. Ini adalah suatu kehormatan bagi Saya jika Anda memanfaatkan blog saya ini dengan sebaik-baiknya. Terima kasih atas partisipasi Anda dalam menggunakan blog Saya ini. Terimakasih.

  • Sulhan Greet Visitors

    Welcome to My Blog. This is the umpteenth time you visit. It is an honor for me if you use my blog is the best way possible. Thank you for your participation in this I use a blog. Thank you.

  • Sulhan saludan a los visitantes

    Bienvenido a mi blog. Esta es la enésima vez que visita. Es un honor para mí si mi blog es la mejor manera posible. Gracias por su participación en este Puedo utilizar un blog. Gracias.

  • سول هان تحية الزوار

    مرحبا بكم في مدونتي. وهذه هي المرة الألف التي تقوم بزيارتها. إنه لشرف بالنسبة لي إذا كنت تستخدم بلدي بلوق هو أفضل وسيلة ممكنة. شكرا لمشاركتكم في هذا يمكنني استخدام بلوق. شكرا لك.

Menyadari Dosa Pribadimu

Seandainya kita mampu meneliti dan menelusuri secara cermat tingkah laku dan perbuatan kita selama hidup, kemudian dicocokkan dengan dasar dasar agama dengan sungguh-sunguh, kemungkinan besar kita akan mendapati diri dalam genangan dosa. Dosa-dosa tersebut bisa jadi timbul dari kesalahan berinteraksi. Itu nampak dari interaksi kepada sesamanya, kepada binatang, alam, maupun dosa kepada Allah (Tuhan Yang Maha Esa). Dengan cermin dan penelusuran ayat-ayat di atas misalnya, sudah bisa dilihat seberapa banyak dosa yang menumpuk di pundak manusia dalam setiap harinya. Saat duduk, berbaring, berjalan dan aktifitas apapun tidak ingat Allah merupakan dosa. Tidak mempedulikan kepentingan bangsa dan agama yang membutuhkan, termasuk dosa, dan bahkan tergolong manusia yang tidak memiliki kebenaran. Dalam setiap keluar masuknya nafas, manusia lalai mensyukuri nikmat yang diberikan Allah baik nikmat jasmani maupun nikmat rohani, juga merupakan dosa dan kedurhakaan yang diancam siksa.

Hal itu memberi kejelasan kepada kita bahwa setiap hari, setiap saat manusia tidak bisa terhindar dari dosa. Ini sebuah kewajaran dan sebuah keniscayaan, dalam kapasitasnya yang dloif. Harus ada proses penyadaran dan pertaubatan sebelum ajal menjemput, selama masih ada kesempatan taubat dan perbaikan. Sebab
jika mau meneliti dan mengakui secara jujur, sebenarnya kewajaran tersentuh dosa itu berlaku pula atas orang-orang terpandang senior agama, cendekiawan, konglomerat sampai kaum awam. Jangan hendaknya berpikir dan berprilaku seperti kebiasaan manusia sejak zaman Adam hingga masa sekarang yang tidak mau menyadari bila diri terlibat dosa dan sesat, karena merasa sudah baik dan benar. Sebab para Rasul terdahulu tidak malu mengakui dosa dan kehilafan dirinya. Antara lain pertaubatan Rasul Adam as, (rasul sekaligus bibit unggul manusia) yang secara terbuka menyadari dirinya dholim seperti dikisahkan dalam Al Quran :

قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ (الاعراف : 23 )
Artinya: Keduanya berkata : Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Bila Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang orang yang merugi (Qs. 7 : 23).

Demikian pula Rasul Yunus as. yang menyesali dan meminta ampun kepada Allah atas kedhaliman dirinya dikarenakan tidak sabar dan meninggalkan ummatnya dalam keadaan marah. Penyesalan dan pengakuan dhalim itu diabadikan dalam Al Quran :

وَذَالنَّوْنِ اِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ تَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِى الظُّلُمَاتِ اَنْ لآَّ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ ( الانبياء : 87 )
Artinya: Lalu ingat pula kisah Dhunnun ketika ia pergi dengan mendongkol meninggalkan kaumnya. Dia mengira bahwa kami tiak mampu mempersulit keadaannya. Lalu dia mendoa dalam tiga rangkaian kegelapan bahwa : Tidak ada Tuhan selain Engkau : Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku terlibat orang dhalim. (Qs. 21 : 87)

Demikian pula pengakuan dhalim Rasul Musa as. (ulil azmi) disebabkan pukulannya yang mengakibatkan kematian seorang bangsa Mesir. Beliau merasa dosa dan dhalim karena memukul orang dengan nafsu marah dan membela kaumnya sendiri yang belum tentu berada di fihak yang benar. Namun karena termasuk jiwa yang maksum (terjaga) maka segera diingatkan Allah akan kesalahannya dan menyadari.
قَالَ رَبِّ اِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَغَفَرَلَهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمِ (القصص : 16 )
Artinya: Musa mendoa : Ya tuhanku ! bahwasannya aku telah berlaku aniaya terhadap diriku sendiri, karena itu ampunilah aku. Lalu Tuhan mengampuninya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Penyayang, (Qs.28 : 16)

Selanjutnya Rasul Muhammad saw. yang merupakan pendekar kebenaran sedunia, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa setiap hari tidak kurang dari tujuh puluh kali sowan kepada Allah untuk meminta ampun. Para Rasul yang sedemikian tinggi derajatnya di sisi Allah, tidak malu mengakui dirinya berdosa, dhalim dan khilaf. Mereka merupakan contoh dan teladan bagi ummatnya sampai akhir zaman nanti. Namun anehnya umat sekarang tidak ada yang merasa berdosa dalam setiap harinya. Apalagi yang terpandang alim dan tokoh agama, lebih sukar baginya untuk menyadari adanya dosa dalam dirinya. Karena tidak merasa berdosa, sehingga kehendak hati untuk meminta ampun juga tidak ada. Padahal Allah menyeru kepada hamba-Nya agar berlomba dan bersegera dalam mencari dan mendapatkan ampunan dari Allah (Lihat Qs. Ali Imran : 133). Hal ini disebabkan Allah Maha Mengetahui bahwa dengan bertambahnya dosa manusia tiap saat, jika tidak di taubati dengan segera dan cepat cepat, dikhawatirkan akan tersusul (didahului) kematian yang datang dengan tiba tiba.

Kalau para Rasul saja tidak malu menyadari bila tersentuh dosa dan dhalim, lalu mengapa umat sekarang congkak dan selalu merasa baik ?. Mungkinkah perilaku dan kondisi umat dan para ulama, tokoh agama, cendekiawan sekarang lebih baik dan lebih suci dari para Nabi-Rasul itu ? Sebaliknya, ummat yang demikian adalah umat yang dibiarkan Allah. Sedangkan para Rasul itu selalu mendapatkan penjagaan dari Allah (ma’sum). Sehingga begitu tersentuh dosa langsung diperingatkan, tidak sampai berlarut-larut dalam kesalahan.

Untuk itu mari meninggalkan ego dan sikap gila hormat serta segera meneliti dosa dan kedhaliman diri, menyadari kemudian menaubatinya, sebelum ajal menjemput. Sebab demikian itulah ciri manusia dewasa dan beriman, menyadari dosa sebelum datangnya pati. Jangan sampai bernasib seperti orang bodoh, kaum kafir yang menyadari dosa setelah ajal menjemput, setelah berada di alam kubur. Karena tidak ada gunanya kecuali vonis siksa.
sumber : pesan dari fb aku

No comments: